Gede Santanu : " PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER DAYA, DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI WILAYAH SARBAGITA PROVINSI BALI

Rabu, 27 Januari 2016. Program Pascasarjana kembali mengadakan sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Promovendus Gede Santanu, SE.,MM dari Program Doktor Ilmu Ekonomi dengan disertasinya yang berjudul " PERANAN PEMERINTAH, KOMPETENSI SUMBER DAYA, DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING USAHA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI WILAYAH SARBAGITA PROVINSI BALI ". Acara sidang ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

[caption id="attachment_4418" align="alignright" width="300"]IMG_7248 Promovendus foto bersama dengan Pimpinan Sidang, Promotor, Kopromotor dan Tim Penguji setelah sidang selesai[/caption]

Dalam disertasinya dinyatakan bahwa Modal sosial semakin mengemuka dewasa ini sebagai penggerak dunia usaha khususnya untuk usaha berskala kecil dan menengah. Modal sosial melalui pendekatan budaya lokal dewasa ini menjadi faktor penentu dalam membangun usaha kecil dan menengah, karena keterbatasan modal dan jaringan pasar dapat diperkuat melalui pengembangan human capital yaitu kebersamaan dalam membangun jaringan pasar dan network bisnis melalui kebersamaan.

DiMaggio and Powell (2001) menggagas tentang peran modal sosial dalam menggerakkan usaha kecil dan menengah dalam membangun network dan perluasan pangsa pasar ekspor. Melalui pengembangan modal sosial yang tercakup di dalamnya adalah penguatan network (network quality), pengembangan trust sebagai model komunikasi yang transparan dan saling percaya satu sama lainnya dalam membangun komitmen kepentingan pengembangan bisnis bersama, serta penguatan komunitas dunia usaha melalui common share dalam kebersamaan menyatukan pandangan visi dan misi perusahaan yang dikenal sebagai norma, adalah komponen budaya lokal yang dapat dibangkitkan dalam rangka mendorong peningkatan daya saing usaha kecil dan menengah termasuk usaha kerajinan kayu di wilayah Bali yang menjadi fokus studi penelitian ini.

Ketika budaya lokal berhasil dibangkitkan sebagai human capital yang bernilai tambah pada usaha kerajinan kayu, maka pada tahap berikutnya diharapkan dapat didorong dengan perumusan kebijakan pemerintah yang tepat, sehingga kehadiran pemerintah daerah menjadi stimulant yang akan memperkokoh keberadaan budaya lokal sebagai pemicu pengembangan daya saing usaha kerajinan. Dalam model gagasan yang dikembangkan oleh dunia usaha ditingkat awal berusaha membangun kemandirian melalui proses pengkaitan kerja sama dalam kebersamaan, merumuskan langkah bersama, membangun jaringan produksi dan pangsa pasar berorientasi ekspor. Tahap kedua dari model yang dikembangkan, adalah mengundang kehadiran pemerintah sebagai fasilitator dan pendampingan dalam rangka penguatan modal sosial melalui pendekatan budaya lokal yang telah berkembang tumbuh di tingkat awal pembinaan. DiMaggio and Powell (2001) menggagas keterpaduan antara konsep RB V dengan konsep teori new institutional yang memfokuskan kepada peranan kelembagaan dalam membentuk perilaku kemasyarakatan. Cara pandang ini menjadi relevan dengan kondisi IKM di Indonesia, karena perubahan yang terjadi atas kinerja usaha mereka tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kondisi budaya, kepentingan politik dan kondisi dinamis sosial kemasyarakatan.

                Keterbaruan dari penelitian ini adalah menyertakan peranan modal sosial melalui pendekatan budaya lokal dalam rangka membangun peningkatan daya saing IKM di wilayah Sarbagita Provinsi Bali. Modal sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai potensi yang terdapat pada Budaya Lokal. Setiap budaya memiliki potensi kebersamaan (Putnam, 1978). (pps.unud/IT)