Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Kedokteran: Ida Bagus Made Oka

Senin, 13 Januari 2020, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama Ida Bagus Made Oka dengan judul Disertasi " PROTEIN CAIRAN KISTA Sistiserkus bovis SEBAGAI REAGEN IMUNODIAGNOSTIK UNTUK MELACAK INFEKSI SISTISERKOSIS PADA SAPI DAN TAENIASIS PADA MANUSIA  ".   
Pada penelitiannya Taeniasis adalah infeksi cacing pita dewasa yang ditemukan pada manusia dan hewan sebagai inang definitif, sedangkan sistiserkosis adalah  infeksi stadium belum dewasa (metakestoda) cacing pita dikenal dengan  Sistiserkus umumnya ditemukan pada hewan sebagai inang antara.  Taeniasis yang disebabkan oleh Taenia saginata pada manusia di Bali  sangat umum ditemukan, sedangkan sistiserkosis yang dikenal dengan  sistiserkus bovis pada sapi belum ada yang melaporkan. Kesulitan dalam  menemukan kasus sistiserkosis pada sapi di Bali disebabkan oleh berbagai  faktor dan salah satunya adalah belum tersedianya teknik diagnosis yang  memadai. Penelitian eksploratif untuk menemukan protein imunogenik  cairan kista Sistiserkus bovis yang berpotensi untuk dipakai sebagai antigen  dalam uji serologi dan uji diagnostik untuk mengetahui sensistivitas,  spesifisitas dan akurasi uji tersebut menjadi sangat penting. Penelitian ini  diawali dengan pembuatan antibodi monoklonal (AbMo) dan antibodi  polikonal (AbPo), penentuan respons IgM, IgG dan IgE pada mencit, karakterisasi, isolasi dan purifikasi protein imunogenik cairan kista Sistiserkus bovis. Selanjutnya untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan akurasi uji enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) menggunakan  
protein cairan kista Sistiserkus bovis untuk melacak sistiserkosis pada sapi dan Teniasis pada manusia. Hasil peneletian eksploratif cairan kista  Sistiserkus bovis dengan uji ELISA dan Western blotting menggunakan AbMo dan AbPo teridentifikasi sebanyak delapan protein imunogenik  dengan berat molekul adalah 91 kDa, 71 kDa, 68 kDa, 51 kDa, 31 kDa, 18 kDa, 14 kDa, dan 8 kDa. Tiga protein dengan berat molekul 71 kDa, 31 kDa dan 14 kDa berhasil diisolasi dan dimurnikan dengan teknik SDS-PAGE. Protein tersebut selanjutnya disebut sebagai p71, p31 dan p14 yang  kemudian digunakan sebagai antigen dalam uji ELISA dan Western blotting. Selain itu, dengan teknik fusi limfosit penghasil antibodi dengan  sel myeloma, telah dihasilkan empat klon sel hibridoma yang menghasilkan  AbMo yang secara berurutan disebut sebagai AD2, BC4, CB 11 dan EB 11.  Uji Western blotting mendapatkan bahwa semua AbMo mengenali protein  p31. Pelacakan dengan teknik imunohistokimia menggunakan AbMo EB 11 menunjukkan bahwa antigen sistiserkus terlacak dalam jaringan lidah, hati  dan otot maseter. Pada mencit, antigen dalam cairan kista menginduksi  respons IgM dan IgG pada tingkat sedang sampai tinggi dan menginduksi respons IgE pada tingkat yang rendah. Protein ekstrak kasar cairan kista dan p71 secara umum menginduksi respons IgM, IgG dan IgE yang lebih  tinggi jika dibandingkan dengan p31 dan p14. Hasil uji menggunakan kit  ELISA komersial sebagai standar baku emas, dan uji ELISA menggunakan  antigen ekstrak kasar, p71, p31 dan p14 cairan kista Sistiserkus bovis untuk  melacak antibodi anti-sistiserkus bovis pada sapi didapatkan berturut-turut  dengan sensitivitas 100%,87%,71%, 100% dan 100%, spesifisitas sebesar  85,393%, 100%, 100%, 100%, dan akurasi sebesar 87%, 99%, 100% dan 100%. Pada manusia penderita Taeniasis berdasarkan identifikasi proglotid  sebagai baku emas, hasil uji ELISA menggunakan antigen ekstrak kasar,  p71, p31 dan p14 dapat melacak antibodi anti-Taenia saginata berturut-turut dengan sensitivitas sebesar 33,14%, 7,14%, 10,71% dan 10,71%, spesifisitas 66,18%, 95,59%, 95,59%, 95,9%, dan akurasi sebesar 56%,  70%, 71% , dan 71% . Semantara itu, pada penderita sistiserkosis  berdasarkan hasil CT-scan sebagai standar baku emas, hasil uji ELISA  menggunakan antigen ekstrak kasar, p71, p31 dan p 14 didapatkan secara  berturut-turut dengan sensitivitas sebesar 100%, 100%, 100% dan 100%,  spesifisitas 68,8%, 97,85%, 96,77% dan 96,77%, serta akurasi sebesar  70%, 98%, 97%, dan 97%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Uji  ELISA menggunakan antigen ekstrak kasar, p71, p31 dan p 14 dapat  melacak infeksi sistiserkosis dengan akurasi yang tinggi pada sapi dan  manusia, tetapi mempunyai akurasi yang rendah untuk melacak Taniasis  pada manuisa.