Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Kedokteran: Ketut Ariawati

Senin, 24 Pebruari 2020, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama Ketut Ariawati dengan judul Disertasi "KADAR FERITIN DAN LAKTAT DEHIDROGENASE  SERUM SEBAGAI PREDIKTOR RESPON TERAPI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT ANAK PADA AKHIR FASE INDUKSI SERTA TINJAUAN COST-OF-ILLNES  PERAWATAN RUMAH SAKIT "  

Pada penelitiannya Angka kesintasan LLA pada anak eli Indonesia berbeda dengan negara maju di dunia. Di negara maju ketepatan diagnosis  dan stratifikasi risiko didasarkan atas hasil pemeriksaan morfologi,  imunofenotiping, sitogenetik dan molekuler sedangkan di Indonesia, hal tersebut belum dapat dilakukan sepenuhnya karena keterbatasan biaya dan sarana prasarana. Di lndonesia sejak diberlakukannya  Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan mempergunakan sistem  pembayaran Casemix Based Groups (INA-CBGs) untuk perawatan pasien LLA diperlukan kriteria stratifikasi berdasarkan klinis dan  laboratorium sederhana yang tersedia di rumah sakit yang  melakukan perawatan pasien LLA dengan biaya efektif dan efisien.  
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan feritin dan LDH serum sebagai prediktor respon terapi serta hubungannya  dengan cost-of-illness perawatan pasien LLA anak pada akhir fase  induksi dengan protokol LLA Indonesia 2013. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik  dengan rancangan longitudinal prospektif di Departemen Ilmu  Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar pada Juni 2017 - September 2019.  
Hasil penelitian menunjukkan 75% dari 44 subjek berusia antara 1-10 tahun dengan median usia saat terdiagnosis 5 tahun dan  52,3% berjenis kelamin lelaki. Gambaran morfologi sumsum tulang  79,5% LLA L2. Respon terapi baik (MRD negatif) sebanyak 38,6%. Median kadar feritin serum adalah 822,25 (213,3-3534) ng/ml.;  sedangkan median kadar LDH serum adalah 710 (340-7378) U/L.  Titik potong kadar feritin dan LDH serum terhadap respon terapi  mempergunakan kurva ROC didapatkan 530 ng/mL dan 550 U/L berturutan. Pada analisis bivariat didapatkan kadar feritin serum yang tinggi (≥ 530 ng/mL) memberikan respon terapi yang buruk sebesar  3,938 kali lebih besar dibandingkan kadar feritin serum yang normal  secara signifikan. Analisis bivariat kadar LDH serum yang tinggi (2550 U/L) memberikan respon terapi yang buruk sebesar 3,08 kali  lebih besar dibandingkan kadar LDH serum yang normal, namun tidak bermakna secara signifikan. Analisis multivariat tersebut didapatkan probabilitas respon terapi yang buruk pada kadar feritin dan LDH serum yang tinggi adalah sebesar 79,9%. Nilai diskriminasi model tersebut berdasarkan AUC didapatkan sebesar 0,72. Median cos-of-illness perawatan pasien pada anak LLA fase induksi didapatkan sebesar Rp.81.575.808,19 dengan rentang Rp.40.937.461,83 - Rp.188.726.847,1. Median cost-of-illness perawatan pasien LLA pada anak fase induksi lebih besar pada kadar feritin dan LDH serum yang tinggi namun tidak bermakna secara signifikan. Median cost-old/ness perawatan pasien LLA pada anak fase induksi didapatkan sebesar Rp.81.575.808,19 dengan rentang Rp40.937.461,83 - Rp.188.726.847,1 sedangkan median tarif klaim INA-CBGs BPJS didapatkan sebesar Rp.79.908.402,5 dengan rentang Rp.53.637.466 - Rp.137.237.336.
Simpulan: Kadar feritin serum dapat dipergunakan sebagai prediktor respon terapi LLA anak pada akhir fase induksi, namun tidak demikian adanya terhadap kadar LDH serum. Median cosl-of-ilIness perawatan pasien LLA pada anak fase induksi lebih tinggi dari pada median tarif klaim JNA-CBGs BPJS. Median cost-of-lllness perawatan pasien LLA pada anak fase induksi lebih besar pada kadar feritin dan LDH serum yang tinggi namun tidak bermakna secara signifikan