Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Peternakan: I Kt Gd Nata Kusuma
Jumat, 16 Agustus 2019, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Peternakan mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama I Kt Gd Nata Kusuma dengan judul Disertasi " ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELUM OPTIMALNYA PELAKSANAAN PROGRAM UPAYA KHUSUS SAPI INDUKAN WAJIB BUNTING ( UPSUS SlWAB ) DI PROVINSI BALI ".
Pada penelitiannya dijelaskan Program Upaya Khusus Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB) merupakan program unggulan meningkatkan populasi sapi dan kerbau. Sapi dapat dimaksimalkan potensinya agar dapat menghasilkan pedet, dan menjadi program pemerintah yang difokuskan agar seluruh temak sapi dan kerbau betina produktif dipastikan dapat dikawinkan melalui inseminasi buatan (IB). Di pulau Bali, program ini belum menunjukkan hasil yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi belum optimalnya pelaksanaan UPSUS SIWAB di Bali. Sampel yang digunakan sebanyak 461 peternak, 76 petugas IB dan 77 petugas pemeriksa kebuntingan. Data distribusi frekuensi karakteristik peternak petugas IB dan pemeriksa kebuntingan disajikan secara deskripti dan data
mengenai faktor yang berkesesesuaian dianalisis dengan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor peternak secara signifikan ada kesesuaian yang berpengaruh terhadap belum optimalnya UPSUS SIWAB. Sikap perilaku peternak memberi kontribusi yang nyata terhadap belum optimalnya program UPSUS SIWAB. Ada 6 variabel dari faktor peternak yang memiliki korelasi yang kuat antar faktor yaitu,sikap, prilaku, pengetahuan, ketrampilan, budidaya, pemahaman dan karakteristik peternak Faktor petugas IB dan PKB, tidak menunjukkan adanya kesesuaian dalam mempengaruhi ketidakoptimalan program UPSUS SIWAB di Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hanya faktor peternak dari ketiga faktor yang berpengaruh nyata terhadap belum optimalnya pelaksanaan program UPSUS SIWAB di Provinsi Bali.Dari hasil ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif dan menyeluruh kepada peternak untuk pemanfaatan teknologi inseminasi buatan.
UDAYANA UNIVERSITY