Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Teknik: Ni Luh Putu Dessy Dharmayanty

Jumat, 10 Juli 2020, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Teknik mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama Ni Luh Putu Dessy Dharmayanty dengan judul Disertasi "MAKNA PERUMAAN VERTIKAL KOMUNAL  DALAM PERSEPSI DAN PENERIMAAN MASYARAKAT BALI "

Pada penelitiannya Pembangungan perumahan vertikal komunal di Bali, sampai saat ini hanya direspon oleh institusi vertikal, sedangkan masyarakat swasta membangun perumahan vertikal komunal untuk tujuan profit dalam bentuk akomodasi wisata dan atau rumah kost. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna perumahan vertikal komunal dalam persepsi dan penerimaan masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu dalam kaitanya dengan adat serta tradisinya.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, mencoba menemukan makna perumahan vertikal komunal dikaitkan dengan pelaksanaan budaya, adat dan tradisi yang lekat dengan kehidupan masyarakat Bali. Dalam penelusuran dengan memanfaatkan teori migrasi Lee (1966) ditemukan bahwa salah satu hambatan yang spesifik dalam pengembangan perumahan vertikal komunal di Bali adalah budaya, adat dan tradisi utamanya dalam hal memaknai umah dan kuatnya ikatan kekerabatan/menyama braya. Dengan memanfaatkan teori persepsi Bell (1978) tentang lingkungan dan psikologi sosial mencoba melakukan penelusuran perilaku dalam menghuni dan temyata perilaku budaya adalah perilaku yang tidak bisa berubah, aktifitas ritual yang bisa dilakukan di perumahan vertikal komunal, hanya (5%) saja, sedangkan perilaku lainya masih bisa beradaptasi dengan merubah gaya hidup dan perabot untuk bisa merasa nyaman menghuni (60,8%).
Makna menurut teori Hershberger (1974) dielaborasi dengan teori persepsi, menjadi suatu cars baca barn untuk menemukan makna perumahan vertikal komunal. Apabila disandingkan dengan umah yang dimaknai oleh masyarakat Bali sebagai tempat aktifitas kehidupan sehari¬hari, tempat aktifitas psikologis dengan Tuhan, alam dan sesama manusia melalui aktifitas ritual pancayadnya. Dengan menggunakan tahapan proses kognisi, afeksi dan kognasi dalam persepsi terhadap lingkungan dimaknai bahwa perumahan vertikal komunal bukanlah "rumah" melainkan hanya hturian sementara yang berfungsi untuk tempat aktifitas sehari-hari/rutin saja, Karena bagi masyarakat Bali rumah harus memiliki kepala/hulu yakni merajan. Fungsi rumah selain sebagai tempat berlindung dan aktiitas sehari hari temyata fungsi rumah bagi masyarakat Bali juga sebagai tempat kembali bagi roh/jiwa seseorang anggota keluarga, sebagai bentuk keterikatan pada roh leluhur (bounding to achestor).