Promosi Doktor Program Doktor Pariwisata: I Gusti Made Wendri
Kamis, 4 Juli 2019, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Doktor Pariwisata mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama I Gusti Made Wendri dengan judul Disertasi " Motovasi Wisata Asing Menikmati Wellness Tourism di Bali ".
Pada penelitiannya dijelaskan Bali sebagai destinasi wisata dunia sejak awal mengandalkan keunikan budaya, tradisi, dan keindahan alam termasuk warisan saujananya yang menyajikan daya tarik tinggi
serta diperkuat oleh keramahtamahan penduduknya. Dampak keunikan daya tarik Bali menjadikan Bali dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata dunia terbaik di tahun 2017 yang berdampak terhadap kunjungan wisatawan yang semakin meningkat. Menarik dan penting dilakukan penelitian yang berfokus mengkaji motivasi wisatawan asing menikmati wellness toursim di Bali karena motivasi merupakan kekuatan yang menyebabkan mereka berperilaku wisata. Ada empat rumusan masalah yang dijawab dalam penelitian ini, yaitu 1) Faktor-faktor apakah yang memotivasi wisatawan asing menikmati wisata wellness di Bali", 2) Faktor-faktor apakah yang merupakan motivasi pendorong wisatawan asing menikmati wisata wellness di Bali ?; 3) Faktor-faktor apakah yang merupakan motivasi penarik wisatawan asing menikmati wisata wellness di Bali ?, dan 4) Apakah ada konvergensi antara motivasi pendorong dan motivasi penarik wisatawan asing menikmati wellness tourism di Bali?
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dikaitkan dengan teori hierarki kebutuhan Maslow (Mill & Morrison, 1985), teori motivasi (Kanangaraj & Bindu, 2013; Morachat, 2003), teori push dan pull factor (Dann, 1977; Crompton, 1979), dan Model Roda
Wellness (Ellis, 2014). Penelitian ini dilakukan di dua kabupaten di Bali, yaitu Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung, khususnya di kawasan wisata Ubud untuk di Kabupaten Gianyar dan kawasan wisata Badung Selatan yang diwakili oleh kawasan wisata Nusa Dua, Kuta (Kuta Pantai, Serninyak, dan Legian) dan Jimbaran. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara kepada partIsIpan dan menggunakan desain survei berupa kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Responden merupakan wisatawan yang berkunjung ke 35 buah resort hotel spa yang dijadikan objek observasi pada sentra-sentra pariwisata di lokasi penelitian.
Data yang terkumpul melalui metode kuesioner diolah menggunakan tehnik analisis statistik deskriptif dan stastistik inferensial (Principal Component Analysis) 5-faktor disesuaikan dengan teori hierarki kebutuhan Maslow. Selanjutnya dilakukan reklasifikasi terhadap variabel motivasi
secara global menggunakan PCA (Principal Component analysis) 2-faktor berdasarkan teori push dan pull factor untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga. Menjawab rumusan masalah keempat dilakukan dengan cara menyandingkan kedua sub motivasi agar dapat dilihat adanya konvergensi kuat antara kedua sub motivasi tersebut. Data kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara semi terstruktur terhadap 10 partisipan yang ditentukan secara purposif, dan data yang diperoleh digunakan untuk menguatkan data kuantitatif yang diperoleh dari pengisian kuesioner.
Hasil analisis menggunakan PCA (Principal Component Analysis) 5-faktor berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow mengidentifikasi adanya 5 faktor motivasi
holistik wisatawan. Kelima faktor motivasi tersebut diberi label: I) Wellness Spa Ritual package; 2) Physical Activities; 3) Social Activities; 4) Intellectual Activities; dan 5) Spa 's Environment. Selanjutnya reklasifikasi 2-faktor terhadap variabel motivasi menggunakan Principal Component Analysis)2-faktor disesuaikan dengan teori push dan pull factor menghasilkan 2 faktor, yang masing-masing diberi label faktor motivasi pendorong dan faktor motivasi penarik. Faktor motivasi pendorong terdiri atas 25 variabel dan faktor motivasi penarik terdiri atas 15 variabel. Variabel-variabel tersebut selanjutnya diklasifikasi ke dalam 6 jenis kebutuhan yang diusahakan pemenuhannya dan menjadi tujuan wisatawan menikmati wisata wellness, sebagai motivasi pendorong. Dasar pengklasifikasian kebutuhan ke dalam 6 jenis tersebut merujuk pada konsep seek. Ada 6 dimensi berikutnya sebagai motivasi penarik yang merujuk pada konsep do dan visit yang mengacu pada apa yang dikerjakan wisatawan dan ke mana mereka berkunjung (Ellis, 2014). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa konsep seek dapat direalisasikan melalui konsep do dan visit, Konsep seek sejajar dengan motivasi pendorong, sedangkan do dan visit sejajar dengan motivasi penarik wisatawan.
Dari hasil mengklasifikasi ke 25 variabel motivasi pendorong diperoleh kategori wellness berikut: 1) mental wellness, 2) emotional wellness, 3) social wellness, 4) physical wellness, 5) environmental wellness, dan 6) intellectual wellness. Sedangkan hasil mengklasifikasi ke 15 variabel motivasi penarik diperoleh kategori aktivitas sebagai berikut: 1) mental activities, 2) emotional activities, 3) social activities, 4) physical activities, 5) Spa 's environment, dan 6) intellectual
Activities. Teori push dan pull factor dimanfaatkan untuk menjelaskan karakteristik ke 6 kebutuhan wisatawan yang mengacu pada seek sebagai kekuatan pendorong, dan kepada do serta visit sebagai kekuatan penarik yang menggerakkan wisatawan melakukan kegiatan wisata wellness memburu atribut destinasi yang unggul dan menarik. Selanjutnya, dimensi-dimensi yang dihasilkan pada kedua sub motivasi ini disandingkan untuk mencermati adanya konvergensi antara keduanya. Hasilnya memang ditemukan konvergensi yang kuat antara keduanya yang dapat dicermati melalui tataran kebutuhan dimensi wellness yang menjadi tujuan wisatawan menikmati wisata wellness guna memperoleh pemenuhannya yang berdampak kepuasan di pihak wisatawan.
Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan kemampuan destinasi memfasilitasi harapan, kebutuhan dan keinginan wisatawan melalui sajian produk, jasa dan fasilitas yang tepat guna dan tepat sasaran. Capaian tersebut searah dengan konsep product intimacy yang menunjukkan keberhasilan destinasi
berinovasi merancang produk yang tepat sesuai kebutuhan wisatawan dengan mengintegrasikan unsur-unsur budaya dan kearifan lokal Bali ke dalamnya. Strategi ini dapat menjamin loyalitas pelanggan sebagai pengunjung penikmat produk pariwisata minat khusus (wellness tourism) yang juga diwarnai kekhasan budaya lokal yang secara konvensional telah menjadi dasar penyelenggaraan pariwisata budaya sebagai pariwisata arus utama (main stream tourism) di Bali. Dengan demikian, melalui pengenalan dan pengembangan wisata wellness sebagai wisata minat khusus pariwisata budaya pun tetap berpeluang di lestarikan sesuai konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).
UDAYANA UNIVERSITY