Promosi Doktor Program Doktor Pariwisata: Rihmadi Prasetijo

Jumat, 6 September 2019, bertempat di Aula Gedung Pascasarjana Program Studi Doktor Pariwisata mengadakan Sidang Promosi Doktor atas nama Rihmadi Prasetijo dengan judul Disertasi " MODEL PENGELOLAAN DESTINASI WISATA DIVING BERBASIS KONSERVASI DI TULAMBEN BALI ".      
Pada penelitiannya Pengembangan wisata diving Bali cenderung terus meningkat tidak sebanding dengan jumlah wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun manca negara. Fenomena ini benar- benar menyebabkan persaingan bisnis yang berdampak terhadap lingkungan laut terutama pada kerusakan terumbu karang dan juga daya tarik bawah laut lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah pertarna, untuk menganalisis kondisi terumbu karang yang disebabkan oleh wisatawan diving. Kedua, untuk menganalisis perbedaan tingkat kinerja destinasi dan tingkat kepentingan wisatawan. Ketiga, mengevaluasi dan menganalisis kesediaan membayar wisatawan diving. Keempat menganalisis pengaruh keindahan kondisi air, akses, keanekaragaman, terhadap kepuasan wisata diving dan kesediaan membayar (WTP). Kelima, menganalisis dan mengembangkan model struktural pengelolaan destinasi wisata diving berbasis konservasi. Lokasi penelitian berada di lokasi penyelaman Desa Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali.
Metode untuk menganal isis kondisi terumbu karang adalah VPT (Under Photo Transect) metode untuk menganalisis perbedaan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja destinasi adalah Importance Performance Analysis (IPA), metode menganalisis kesediaan membayar wisatawan adalah Contingent Valuation Method (CVM), metode untuk
menganalisis pengaruh keindahan kondisi air, akses, keanekaragaman, terhadap kepuasan wisata diving menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dan terakhir metode untuk menganalisis dan mengembangkan model struktural pengelolaan destinasi wisata selam berbasis konservasi adalah menggunakan ISM (Interpretive Structural Modeling).
Hasil penelitian kondisi terumbu karang menggunakan tren menunjukkan negatif, yang berani terdapat tekanan ekologis dari faktor luar seperti dari penyelam. Variabel keanekaragaman terumbu karang mempunyai tingkat kepentingan paling tinggi bahkan hampir masuk pada kuadran prioritas utama. Nilai total kesediaan untuk membayar biaya konservasi (WTP) di Tulamben adalah berkisar Rp 52.240 /sekali selam. Kesediaan untuk membayar (WTP) dipengaruhi oleh kepuasan, sedangkan kepuasan dipengaruhi oleh kondisi air laut. Model struktural pengelolaan destinasi wisata diving di Tulamben yang paling signifikan adalah pembentukan Badan Pengelola untuk mengatur penetapan satu sistem pintu masuk (one gate system) dan mekanisme pembatasan jumlah penyelam (diver management) yang diizinkan masuk.
Penelitian ini menyimpulkan dan menyarankan untuk menerapkan manajemen pengunjung dengan satu sistem pintu untuk memasuki lokasi menyelam Tulamben agar bisa mengubah pariwisata masal menjadi pariwisata berkualitas.